Wednesday 15 April 2009

My First Love




My first Love tells about the first love of a man who is never forgotten.


My First Love
The story begins when I am being to study in one of the universities in the city of X. Then I met Tuti (not real name). Tuti a cheerful woman, and has very much attention to her friends. At first, we just be friend. But I don’t know, maybe because we often meet, I began love her. But I am confused and ashamed, what should I do. I waiting time, but I think the time is never right (I like stupid man) ....

Finally, the days happened, I must said what of my mind but I fear (as you known, this is the first time I will say love to a woman). My blood ripple, didn’t know how to start. With a stammer, I said that I love her. She does not say anything, I confused. Not long after, she finally said, "yes, why we do not try.” Like a dream, I am very happy. I want to scream out in excitement, but I hold it.

In our first day together, unlike my expectations, I am so nervous. Tuti also like me, she more be silent (may be she is also nervous as I am). But I think its OK, as you know it’s our first day.

Day-to-day, I experience it was wonderful day, I began to enjoy time with her. I became more motivated. Every morning I'd imagine will be met her. Although we just ...

talking to each other, but I really enjoy it. I glad to see her sweet face. Oh, if I can stop the time.

But all the beautiful, do not survive long, we often start a quarrel. Only a little problem, we have a quarrel. We have dropped out once, but not long, intermittent one week we together again. I think our communication was not running well. We have dropouts twice in our relationship.

Two years had elapsed, it's time we need to complete our study. At that time we also need to be separated. Tuti will return to her home pages. I am very sad, but I try not mushy in front of her. I said that we can still meet on the phone and we can talk via mail.
In this cloudy morning, I run her to the airport, I shed tears. Although we often get quarrel, but I am very love her. She most beautiful that I ever get in my life. I can not imagine if I can’t see her again tomorrow, no hear her funny story, no look her smile again.

After she run along. We still contact each other by phone, but it is not easy. My pocket money (I have received from parents) run out, but there was no means. When I said a little wrong, she always angry. And then she did not want talk to me. Still the same as before, I know our communication are very bad. Sometimes I intend to A, but Tuti comprehend it as B. All money that I had collected, out useless mindless, just squabbling. Sometimes I feel depressed with this condition. I did not want this situation, I need the warmth of a woman, I want to hear the her laughter, I want hear her funny stories. oh, I am very miss her. I want to meet her, I don’t know, when it will happen.

Year change, I looking for a job. After passing through the stages of the test I received the exhausting work in great company. I really like this job, this suitable with my study before. I am working hard. I get a lot of money, enough for me to call Tuti each week. But, She make my hurt broken. She did not want has a relationship with me again. Like Thunderstorms in the evening, my heart injured. I ask why we should separated, but Tuti only silent.

Six months since dropping out with Tuti, suddenly I heard from my best friend Tuti was married in her village. Oh no, I can not believe it ... ... This is not a dream ... .... My heart broken, like a straggle-chip. Why he married secretly. Although we had dropped out, but I still hope we can together again.

Time continues to pass, I repair my life back. In my office, I met a beautiful woman, Her name was Yesi (not real name) - this woman eventually became my wife - but hole in my heart, I still keep memories with Tuti. I save all the good things in the in my lovely disk.

My age growing, and I will ready to married with Yesi. We are very busy to prepare our wedding. But a week before my wedding party, my friends tells that Tuti was not married. . Hah…it is real….. but everything is too late. Soon I will perform my weddings. I feel sorry for, not pursue with all my heart, why did I just believe with the news.

A day before my wedding , I try to call her . It did not mean anything, I just want to know her conditions. I hope it will be the last. She answered my phone, my blood rustle. It's long time that I never heard her voice. Nothing has changed, she was still cheerful, still with her funny story. Oh, I really miss her. I can’t tell her that tomorrow is is my wedding day. Finally, I close our conversation without saying nothing.

After marriage, I tried to call her again But she never answered my phone. I wonder, it’s not usually. I call her in next day again, but still can not. I don’t know, maybe she have know about my wedding, so she was resentful and did not want to communicate with again. Maybe. I don’t know, I am a little disappointed, but if I became her, maybe I will do the same.

Here I am, a handsome man, have a good job, which has a beautiful wife and has a little princess. No less in my life. But if you know Tuti, until now I still expect I can meet you directly, even only once. You know Tuti, you the most beautiful woman in my life, you can not be replaced in my heart. I will always love you dear ... ... ... ... ... ... ... ..
(as told K in the city of X)

*picture taken from www.armstrongaja.blogspot.com*

Dalam bahasa Indonesia
My First Love

Ringkasan cerita:
Kisah ini bercerita tentang cinta pertama dari seorang laki-laki yang tidak pernah terlupakan.


Cerita ini bermula ketika aku sedang melanjutkan studi di salah satu perguruan tinggi di Kota X. Ketika itu aku bertemu Tuti (bukan nama sebenarnya). Tuti wanita yang ceria, banyak bercerita dan sangat perhatian pada teman-temannya. Awalnya kami hanya berteman layaknya seperti teman-teman lainnya. Tapi entah kenapa, karena seringnya kami bertemu, aku semakin menyukainya. Tapi aku bingung dan malu bagaimana harus mengungkapkannya. Kutunggu saat yang tepat, tapi kurasa waktunya tak pernah tepat..(kayak orang bego deh)….

Akhirnya hari-hari yang kutunggu terjadi juga, deg-degan (maklumlah ini pertama kalinya aku akan mengucapkan cinta kepada seorang wanita). Berdesir darahku, tak tahu harus mulai darimana. Dengan tergagap-gagap, aku mengatakan bahwa aku menyukainya. Eh dianya malah terdiam seribu bahasa, aku makin bingung dibuatnya. Setelah menunggu sekian detik, akhirnya dia mengatakan, “ya, kita coba jalani dulu.”Bagai mendapatkan durian runtuh, hatiku senang buka main. Ingin rasanya aku melonjak kegirangan, tapi kutahan dulu.

Esoknya kami mulai menjalani masa pacaran. Tak seindah yang kubayangkan, aku malah gugup setelah pacaran dengannya, beda saat kami masih jadi teman biasa. Tuti juga tidak terlalu banyak bercerita seperti dulu (mungkin dia gugup juga seperti aku). Tapi lama-kaelamaan kami juga mulai terbiasa.

Hari-hari indah mulai aku alami, aku mulai menikmatinya. Entah kenapa semenjak berpacaran dengan Tuti, aku jadi sangat bersemangat kuliah. Setiap pagi aku sudah membayangkan akan bertemu dengannya. Walaupun kami cuma ngobrol tak tentu arah, tapi aku sangat menikmatinya. Aku suka memandangi wajah manisnya. Ah, andai saja waktu berhenti saat ini.

Tapi semua yang indah, tak bertahan lama, kami mulai sering bertengkar. Salah omongan sedikit aja bisa jadi pertengkaran hebat. Pernah kami putus sekali, tapi gak lama, berselang satu minggu kami sudah baikan kembali. Setelah kupelajari ternyata komunikasi kami tidak berjalan baik. Kami sudah dua kali putus nyambung selama masa kuliah.

Tak terasa, telah dua tahun kami jalani, tiba saatnya kami harus menyelesaikan studi. Saat itu pula kami harus berpisah. Tuti harus pulang ke kampung halamannya. Aku sedih sekali, tapi aku berusaha tegar dihadapannya. Kukatakan padanya bahwa kami masih dapat bertemu di telepon dan berkirim surat (tapi kayaknya surat udah gak jaman ni).

Aku mengantarkannya sampai bandara, melihat kepergiannya aku menitikkan air mata. Walaupun kami sering bertengkar, tapi aku sangat menyayanginya. Dia wanita terindah yang pernah hadir dalam hidupku. Tak bisa kubayangkan esok hari aku tak lagi melihat dirinya, tak lagi mendengar cerita-ceritanya, tak bisa lagi menatap wajah manisnya.

Hari berganti hari, setelah aku ditinggalkan. Kami masih saling berhubungan lewat telepon, tapi seperti yang kubayangkan, itu sangat berat. Uang jajanku (yang kuterima dari orang-tua) terkuras habis, padahal aku masih seorang pengangguran yang mencari lowongan pekerjaan kesana-kemari. Dan bukannya senang yang kudapat bila betelepon dengannya, aku salah ngomong sedikit, malah keributan yang terjadi. Masih sama seperti dulu, aku mengakui komunisasi kami sangat buruk. Kadang aku bermaksud mengatakan A, tapi Tuti malah mengartikan B. Uang jajanku yang kukumpulkan, habis sia-sia tak ada artinya, hanya pertengkaran yang kudapat. Kadang aku merasa tertekan dengan kondisi ini. Aku tidak suka keadaan ini, aku butuh kehangatan wanita, aku ingin mendengar tawa-candanya, aku ingin mendengar cerita-cerita lucunya. Ah, aku sangat merindukannya. Aku ingin bertemu dengannya, Ah entah kapan itu akan terjadi.

Setelah melewati tahapan tes yang melelahkan akhirnya aku diterima bekerja disebuah perusahaan ternama. Aku sangat menyukai pekerjaaanku, ini adalah pekerjaaan yang kudamba selama ini, sesuai dengan bidang studiku dulu. Aku semakin hanyut dengan pekerjaaanku. Dompetku semakin tebal., cukup bagiku untuk menelepon Tuti setiap minggu. Namun apa yang kudapat, malah kata putus yang diucapkannya. Bagai Petir disiang bolong rasanya. Kutanyakan mengapa harus berpisah, Tuti hanya diam seribu bahasa.
Enam bulan sejak Tuti menyatakan putus, tiba-tiba kudengar dari teman baikku bahwa Tuti telah menikah di kampung halamannya. Hah, tak percaya rasanyanya……Ini bukan mimpi kan…….Hancur hatiku, bagai keeping-keping yang berserakan. Mengapa dia menikah diam-diam. Walaupun kami telah putus, tapi aku masih berharap kami dapat berbaikan kembali.

Waktu terus berlalu, kutata kembali hidupku. Di tempat kerjaku aku bertemu dengan seorang wanita jelita, namanya Yesi (bukan nama sebenarnya)- wanita ini akhirnya menjadi pendamping hidupku- namun dari dalam lubuk hatiku yang paling dalam aku masih menyimpan kenangan bersama Tuti. Semua itu kusimpan baik-baik dalam file terindahku.
Umurku semakin bertambah, dan akupun bersiap akan melangsungkan pernikahan dengan Yesi. Namun tak berselang lama saat masa-masa persiapan pernikahan berlangsung, temanku bercerita bahwa ternyata Tuti belum menikah. Cerita kemaren ternyata hanya gossip belaka. Hah….benarkah itu……tapi semuanya sudah terlambat. Sebentar lagi aku akan melangsungkan pernikahan. Aku menyesal kenapa dulu, tidak mengejarnya dengan sesungguh hati, kenapa aku percaya saja dengan berita itu.

Sehari sebelum pernikahanku, kucoba untuk menghubunginya. Tidak ada maksud apa-apa, aku hanya ingin tahu kabarnya saja. Kuharap ini menjadi percakapan yang terakhir diantara kami. Deg-degan aku menunggu jawaban teleponnya. Tak lama dia menjawab, berdesir darahku, sudah lama sekali aku tak mendengar suara itu, suara yang selama ini selalu aku rindukan. Tak ada yang berubah, dia masih tetap ceria, masih tetap dengan cerita-ceritanya yang lucu. Ah, aku sangat merindukannya. Tak sanggup rasanya mengatakan bahwa besok adalah hari pernikahannku. Akhirnya kututup percakapan kami tanpa mengatakan apapun.

Setelah menikah, diam-diam aku menghubunginya. Tapi sepertinya sudah tak bisa. Dia tidak pernah mengangkat telepon ku lagi. Aku heran, tak biasanya. Besoknya kuhubungi lagi, namun tetap tak bisa. Dalam benakku, mungkin dia sudah tau pernikahanku itu, sehingga dia sakit hati dan tak mau berkomunikasi denganku lagi. Mungkin saja. Entahlah, aku sedikit kecewa, tapi andai aku yang jadi dia, mungkin aku akan melakukan hal yang sama.

Beginilah aku, seorang pria tampan, punya pekerjaan yang bonafit, memiliki seorang isteri yang jelita dan memiliki seorang putri yang lucu. Tak ada yang kurang dalam hidupku. Tapi tahukah kamu Tuti, sampai sekarangpun aku masih berharap dapat bertatap muka langsung denganmu, ingin bertemu walau hanya sekali. Dalam relung hatiku yang paling dalam Kau tetap menjadi wanita yang terindah dalam hidupku. I will always love you dear…………………..(seperti yang diceritakan K dikota X)
*Ilustrasi gambar berasal dari www.armstrongaja.blogspot.com