Sunday 22 March 2009

I do not intend to share my love




I do not intend to share my love tells about a man who has been married for almost ten years of accidentally fall in love again on a young woman.


I do not intend to share my love

I am a man who has married for almost ten years. My work was good, I trusted to lead a small company in the field of services. I have a beautiful wife and faithful to me. We rarely quarrel. I usually will take the reticence when my wife had already started talked and fault-finding can not be silent.

Oh God, I bored, the life of my day-to-day, all the usual course, without excessive.We do not yet have a child. Sometimes, I am jealous to look my friend who play with their children when arriving at home. We both actually really want to have children, all the way already adopted, both doctors, and traditional ways. But until now we still have not been to get children. God may not trust us to maintain a child. I don’t know, only God knows. You know, my wife was the most persistent attempt to have children.

In the mid of this year, I trusted way to open a new business. By the shareholders I trusted to choose my own employees. I am so vibrant, I began to educate my new employees.

I do not know how it's began, I began to fall in love again with....


one of my employees. I also do not understand how this nascent. Perhaps because we often meet. But why her, not the other employees, I didn’t understand. That Women are not aggressive, and also not beautiful, can be spelled out more beautiful my wife at home.

I try to remove the far-away it's feeling, but when I met again, feeling it appear again. The women 10 years younger than me, very diligent work, and a little spoiled when we are talking. I always help her if she will not understand about her job. Sometimes when at lunch, she also share about her family, her friends. Time passed away, I began to enjoy her presence.

Until one day, my wife began suspicious to me. But I said there is nothing between me and him, just a work friend. But it seems she does not believe what I said. One time she looked me was talking by phone with my girlfriend. My wife was very angry. I am surprised, because he immediately seize my mobile phone and read its contents, and eventually she makes my phone was broken.

Since that day, we often quarrel. The issue is so trivial squabble great. No more laughter, joke between us. She never show her smile again. I'd apologize to her, but she never forgive me, I know it's hard, and I be people who can not be pardoned. I started lazy to talking to my wife, because she never trust me again.

Since that day, we often quarrel. The issue is so trivial squabble great. No more laughter, joke between us. She never show her smile again. I'd apologize to her, but she never forgive me, I know it's hard, and I be people who can not be pardoned. I started lazy to talking to my wife, because she never trust me again. Whatever I say, is always wrong for her.

I begin to feel more comfortable in my office.Sometimes, I spend along time in my office, just play the game in my computer. When I go home I closed my ear, I do not hold with my wife words. Head so dizzy. Finally, I feel silence better than get great quarrel..
(as told B in the city of JK)
*Picture taken from remaja.suaramerdeka.com*
Dalam Bahasa Indonesia

Ringkasan cerita:
Kisah ini bercerita tentang seorang pria yang sudah menikah selama hampir sepuluh tahun secara tak sengaja jatuh cinta lagi lagi pada seorang wanita muda.


Aku Tidak Berniat selingkuh

Aku seorang lelaki mapan yang telah menikah hampir sepuluh tahun. Pekerjaanku cukup bagus, aku dipercaya memimpin sebuah perusahaan kecil di bidang jasa. Aku memiliki seorang isteri yang cantik dan setia kepadaku. Kami jarang bertengkar hebat, bahkan kami hampir tidak pernah bertengkar. Aku biasanya akan mengambil sikap diam bila isteriku sudah mulai bawel dan tidak bisa diam.

Yach begitulah kehidupanku sehari-hari, semua biasa saja, tanpa riak yang berlebihan. Tapi dirumah hanya ada isteriku, kami belum memiliki seorang anak. Terkadang aku cemburu melihat teman-temanku yang asik bermain-main bersama anaknya setibanya sampai dirumah.

Kami berdua sebenarnya sangat ingin memiliki anak, segala cara sudah ditempuh, baik dokter, maupun cara tradisional. Namun sampai sekarang kami masih belum dikaruniai anak. Mungkin Tuhan belum mempercayai kami untuk memelihara seorang anak, tapi mungkin juga usaha kami belum maksimal……. entahlah hanya Tuhan yang tahu.
Tapi aku tak mau mempersoalkan hal ini pada isteriku. Aku kasihan padanya, dia yang paling gigih berusaha untuk memiliki anak.

Pada pertengahan tahun ini, aku dipercaya merintis membuka sebuah perusahaan baru. Oleh pemilik saham aku dipercaya untuk memilih pegawai sendiri. Aku begitu bersemangat, aku mulai mendidik pegawai-pegawai baruku.

Entah bagaimana mulanya, aku mulai menyukai seorang anak buahku. Aku juga tidak mengerti bagaimana perasaan ini mulai timbul. Mungkin karena seringnya kami bertemu. Tapi mengapa dia, bukan pegawai yang lainnya, akupun tak mengerti. Wanita itu tidak agresif, juga tidak terlalu cantik, bisa dibilang lebih cantik isteriku dirumah.
Aku berusaha membuang jauh-jauh persaan ini, tapi ketika aku bertemu lagi, perasaan itu muncul lagi. Pegawaiku ini usianya terpaut 10 tahun dibawahku, sangat rajin bekerja, dan sedikit manja bila berbicara. Suka minta tolong bila dia tidak mengerti akan pekerjaaannya. Kadang-kadang bila saat makan siang, dia juga suka curhat mengenai kelurganya, teman-temannya. Lama-kelamaan aku mulai menikmati kehadiran dirinya. Awalnya karena alasan pekerjaan aku sering menghubunginya via telepon ataupun sms, tapi akhirnya malah keterusan ngobrol gak tentu arah.

Sampai suatu saat istriku, mulai curiga kepadaku, namun aku berkelit, tidak ada apa-apa antara aku dan dia, hanya sebatas teman kerja. Tapi sepertinya dia tidak percaya begitu saja. Suatu kali dia memergoki aku yang sedang bersms ria dengan wanita itu, aku kaget, karena dia lansung merampas HPku dan membaca isinya, dan akhirnya dia membanting HP itu.

Semenjak hari itu, kami jadi sering bertengkar. Persoalan sepele pun jadi pertengkaran hebat. Tidak ada lagi tawa canda diantara kami. Wajah isteriku tidak pernah lagi kulihat tersenyum. Aku sudah minta maaf kepadanya, tapi entah kenapa aku sepertinya aku jadi orang yang tak termaafkan. Aku mulai malas bicara terhadap isteriku, karena aku merasa yang kuucapkan tidak pernah lagi benar dimatanya.
Aku mulai merasa lebih nyaman dikantor, aku kadang berlama-lama dikantor hanya untuk sekedar main game di computer. Kalo pulang kerumah kadang aku menutup kupingku, aku tak tahan dengan omelannya. Kepalaku jadi pusing. Akhirnya daripada bertengkar hebat akupun merasa lebih baik diam seribu bahasa.

(seperti yang diceritakan B di JK)
*Ilustrasi gambar berasal dari remaja.suaramerdeka.com*